Langsung ke konten utama

Pecel + sambel kacangnya

Pecel siapakah kau sebenarnya
Apakah kau bayam
Yang begitu lembutnya kepada seseorang
Atau kacang panjang yang selalu
Menyimpan perasaan walaupun sebesar biji
Atau ketimun yang selalu menjadi objek nyanyian tentang sosok kancil

Yang manakah pecel

Jika ku tengahi perdebatan ini
Dengan membenarkan semua pihak
Baik dari sisi bayam ataupun kacang panjang
Itu belum cukup
Masih butuh satu unsur yang tak boleh dilupakan yaitu sambel kacang
Sambel kacang sendiri sebenarnya bukan jawhar seperti atom tapi dia juga merupakan murakab dari cabai, kacang, gula, garam dan tambahan lainnya.

Jadi pecel merupakan sebuah kesatuan dari beberapa sayuran dan racikan bumbu yang berubah menjadi makanan terenak yang tiada tara.

Aku sebenarnya sedang memikirkan apa
Ini bukan analogi atau apa
Aku hanya kangen pecel dan sambel kacangnya itu saja

Murakab : susunan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...