Langsung ke konten utama

Pemakaman

Dulu, waktu di kampung, ada teman saya yang hobinya main di TPU (Tempat Pemakaman Umum) atau biasa disebut kuburan. Alasanya, selain tempatnya sejuk karena banyak pepohonan, di pemakaman, teman saya ini bisa belajar memikirkan masa depan (masa setelah kematian).

Memang pemakaman di desa kami ini memiliki banyak fungsi, selain sebagai tempat para mayit disemayamkan, pemakaman berfungsi sebagai:

1. Mencari Bahan Bakar
Dulu saya mengalami zaman ketika di setiap rumah terdapat alat untuk memasak makanan yang dinamakan pawon. Alat ini sejenis tungku yang terbuat dari tanah liat dan batu bata yang dibuat memanjang, minimal berisi dua lubang , sehingga lubang yang satu bisa untuk memasak nasi, sedangkan yang lainnya bisa untuk memasak lauknya. Pawon ini bahan bakarnya adalah kayu bakar, kertas bisa, plastik juga bisa, malah ada beberapa bahan yang sisa bakarannya bisa dimakan oleh manusia, misalnya: jagung bakar dan daging bakar. Kembali ke persoalan. Untuk mencari bahan bakar yaitu kayu bakar, terkadang kami sebagai warga desa sering mencari kayu bakar di sekitar pemakaman karena di sana banyak pepohonan seperti albasia, bambu, dan kelapa. Biasanya kalau saya sendiri seringnya mencari dahan kelapa yang sudah mengering dengan daun-daunya. Atau biasa disebut blarak kalau di desa kami. Kemudian jika rasa lapar dan haus mulai menyapa karena bahan bakar tubuh menipis, maka buah kelapa sangat cocok untuk dinikmati. Hanya saja harus dipilih secara hati-hati pohon kelapanya, supaya rasa buah dan airnya manis. Biasanya letaknya yang berada di tepian pemakaman sehingga terhindar dari rasa asin, karena mungkin hasil serapan dari ahli kubur. Semua pohon yang berada di areal pemakaman sifatnya telah diwakafkan sehingga semua orang boleh mengambil manfaat darinya.

2. Berdzikir
Hal lainnya yang bisa dilakukan dipemakaman adalah mengingat segala anugerah yang telah diberikan Tuhan untuk kita semua, mengingat kembali hal-hal yang telah terjadi dengan menjadikannya ibrah untuk kita, agar bisa berbuat lebih baik lagi di kemudian hari, mengingat kehidupan setelah kematian, apakah bekal kita nantinya akan cukup untuk menjadikan timbangan amal kebaikan kita lebih berat dibandingkan amal keburukan. Apakah nanti kubur kita menjadi taman surga ataukah menjadi sebagian neraka yang disegerakan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Dasar Kepala Batu

Kau tahu mengapa laron dan ngengat selalu ingin menuju cahaya, walaupun banyak dari mereka yang kehilangan sepasang sayapnya, Bahkan nyawa taruhannya, Namun pernahkah kau lihat mereka kehilangan senyumnya, Senyum yang membuat getir hati manusia, Karena rindunya dengan cahaya cinta,