Langsung ke konten utama

Surat Blog Untuk Guru

Assalamu'alaikum wr wb.

Kepada Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan

Semoga Tuhan selalu memberikan karunia dan kasih sayangNya kepada Ibu dan Bapak Guru, sehingga Ibu dan Bapak Guru selalu dapat menjalankan aktivitas sehari-hari, khususnya mengajar para siswanya dengan semangat dan penuh keikhlasan. Bertepatan dengan hari Guru ini, izinkan saya untuk menyampaikan rasa hormat,rasa terimakasih dan rasa bangga atas pengabdian mulia Ibu dan Bapak Guru sekalian.


Menjadi Guru tidaklah mudah, membutuhkan usaha lahir batin yang cerdas, keras, dan ikhlas. Seorang Guru harus mempunyai kapasitas standar tertentu dan memiliki daya yang bersifat progresif sehingga mampu untuk memberikan kreatifitas dan inovasi untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Oleh karenanya Ibu dan Bapak Guru merupakan faktor penting untuk menentukan arah kemajuan suatu bangsa dimasa depan.

Saya sadari Guru sangat berperan sekali dalam proses pengembangan diri, yang selalu memberikan kunci-kunci kehidupan yang akan mengantarkan kita pada suatu tempat yang dinamakan kesuksesan. Kunci-kunci tersebut adalah kemampuan kita dalam membaca, menulis, menghitung. Walaupun sederhana tetapi ketiga hal tersebut adalah kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh seseorang. Dan kemampuan tersebut akan mengantarkan seseorang pada pemahaman-pemahaman baru yang akan menambah pengetahuannya. Dan hal ini akan berdampak kepada peningkatan kualitas diri seorang manusia. 

Semua orang mempunyai Guru, mulai dari petani sampai menteri, mulai dari rakyat biasa sampai presiden. Mulai dari zaman dahulu hingga zaman teknologi ini, semua orang masih membutuhkan Guru. hal itu menunjukan bahwa dalam menjalani kehidupan yang penuh pelajaran ini, sangat dibutuhkan seorang Guru. Guru ibarat candu bagi seorang yang berpikir. Karena dengan Guru semua hal-hal yang tadinya buram akan berubah menjadi jelas. Oleh karenanya Guru bersifat primer dan permanen dalam kehidupan. sehingga tidak ada kata "mantan Guru" didalam kamus manapun.


Ibu dan Bapak Guru merupakan seseorang yang selalu menemani para murid-muridnya dikala belum menjadi apa-apa dengan begitu tulusnya. Hingga kemudian tanpa sepengetauan Ibu dan Bapak Guru, mereka, yaitu murid-murid yang Ibu dan Bapak Guru dahulu didik, kini telah menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa. Ibarat cahaya yang berguna bagi semua jagad. Penafsiran ini saya temukan pada penggalan sebuah lagu yang berjudul sebelum cahaya dari band Letto, yaitu: 

Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya


Guru memang harus mencurahkan segala hal. Mulai dari tenaga, waktu, pikiran dan hatinya untuk memberikan kebaikan-kebaikan kepada muridnya. Dan saya menyadari hal itu tidak mudah. Hal itu saya rasakan ketika saya melakukan pelatihan kegiatan mengajar. Yang saya rasakan betapa kurang berimbangnya antara usaha yang dilakukan Guru, mulai dari persiapan mengajar, pelaksanaan mengajar dan evaluasi belajar dengan upah yang diterima oleh Guru. bahkan masih ada tanggungjawab moral yang harus diemban oleh seorang Guru. Tapi selama ini, Ibu dan Bapak Guru tidak pernah terlalu serius memikirkan hal itu. Yang selalu menjadi fokus pikiran adalah bagaimana agar bisa menjadikan murid-muridnya orang berhasil. Dan alangkah bahagianya jika hal itu terwujud. Memang pekerjaan seorang Guru sangat mulia sekali. 


Terimakasih untuk Ibu dan Bapak Guru yang rela memberikan ilmunya kepada kami semua. Bahkan sering juga Ibu dan Bapak Guru memberikan hal lainnya yang bersifat materil dan moril kepada kami dengan tujuan agar kami bisa menjadi sukses dimasa yang akan datang. Semoga kebaikan-kebaikan yang dulu pernah dilakukan kembali kepada Ibu dan Bapak Guru sekalian. Bahkan Tuhan menjamin akan melipatgandakannya. Kepada Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, semoga kedepannya Ibu dan Bapak Guru sekalian akan menemukan hari-hari yang lebih membahagiakan, menemukan hal-hal baru yang lebih bermanfaat dan membuat kebaikan-kebaikan yang selalu akan terukir dalam lembar kehidupan Ibu dan Bapak Guru sekalian.
terakhir saya ingin mempersembahkan sebuah lagu Hymne Guru sebagai rasa terimakasih saya kepada Ibu dan Bapak Guru sekalian.

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
salam hangat
amin shodik
aku dan KOMBUN mempersembahkan surat blog yang benar-benar ku tulis dari hati untuk guruku, SELAMAT HARI GURU.
sumber:http://endahworo.blogdetik.com/2013/02/12/lirik-lagu-hymne-guru-karya-eyang-sartono/
http://aniesbaswedan.com/tulisan/Surat-Untuk-Ibu-dan-Bapak-Guru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...