Langsung ke konten utama

janji para pemuda negeri

barisan kata bercita-cita
bergetar-getar penuh rasa
bergemuruh didalam dada
memantapkan setiap jiwa

tatkala terdengar janji suci
yang jauh rasa ragu tuk menepati
sumpah para pemuda negeri
yang dulu sangat terpatri

namun waktu terus berlari
berganti abad berganti hati
masihkah berlaku janji
sumpah para pemuda negeri

warnanya kian memudar
wajahnya tampak kesakitan
hatinya dicampakkan
cita-citanya mulai ditinggalkan

bertumpah darah antar sesama
merampas kekayaan negara
menindas rakyat jelata
itukah cita-cita bangsa

budaya sendiri terkena penyakit
tertular punya orang lain
namun tak sadar diri
mungkin sampai mati

dalam hati berdoa
agar pahlawan dibangkitkan
yang mampu menyembuhkan
dan membawa sejuta cahaya

kini penyakit telah mati
berkat usahanya dan ridlo ilahi
kini janji telah terpatri
sumpah para pemuda negeri


ini puisi inspiratif saya, dan saya mau membaginya untuk kamu yang mau terinspirasi. Salam KOMBUN.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...