Langsung ke konten utama

Misteri Hari Rabu

Melihat masa lalu merupakan salah satu teknik belajar, karena dengan melihat masa lalu kita bisa mengambil beberapa pengalaman unik yang kita bisa jadikan bahan ajar dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kehidupan kita. Disini Saya akan berbagi mengenai Kewirausahaan yang dilakukan oleh sahabat saya, Ngudi.

Ngudi yang pada waktu itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Akhir telah menunjukan bakat kewirausahaan dalam dirinya. Kebanyakan dari kita memiliki persepsi bahwa kewirausahaan adalah bekerja mandiri, tidak bekerja kepada orang lain. Padahal ya betul kalau anda berpikir seperti itu.  Untuk mengilustrasikannya Saya memiliki cerpen sedikit…

Maaf karena bahasanya terlalu remaja, maklum biar umur sudah dewasa tapi tampangnya masih remaja (abaikan). 


...... Hari rabu itu, kami sedang belajar ekonomi di Madrasah Aliyah (setingkat SMA/SMK) Bawang yang berada di pinggiran kabupaten Banjarnegara. Guru yang mengajar pada saat itu adalah Bu Diang. Beliau menjelaskan kepada kami arti kewirausahaan dan kiat- kiat menjadi wirausahawan sejati. Kalau menurut buku yang dibacakan oleh Bu Diang, Aku menangkap bahwa pengertian wirausaha adalah menciptakan kerja secara mandiri, atau kalau menurut bahasa, wira berarti berani, usaha berarti kegiatan atau tingkah laku yang memiliki tujuan untung atau laba. Jadi intinya wirausaha adalah berani usaha, berani mandiri, dan tidak kerja kepada orang lain. Itu awal persepsi tentang kewirausahaan yang Aku tangkap hari itu di sekolah.

Seringkali Aku mengabaikan perintah nenek untuk melayani seorang pembeli sehingga mau tidak mau nenek sendiri yang akan datang ke depan untuk menemui pelanggan tersebut, Kemudian nenek pun melayani pembeli tersebut, sedangkan Aku sibuk mempelajari materi yang diajarkan disekolah tadi, yaitu tentang kewirausahaan. Saat itu Aku tinggal satu rumah hanya bersama Nenek. Kedua orang tuaku sedang bekerja diluar kota. Saat itu nenek memiliki sebuah warung kecil yang menjual macam- macam barang, mulai dari sembako, snack ringan, dan berbagai macam bumbu dapur. Setiap hari minggu dan rabu, nenek selalu pergi ke pasar untuk membeli berbagai macam barang dagangan untuk kemudian dijual kembali di warung miliknya.


Kurang lebih 10 menit berlalu, Aku telah mampu menghafal pengertian, manfaat wirausaha dan kiat-kiat untuk menjadi wirausahawan. Tidak lama setelah itu Aku mendengar ada suara motor yang datang dan berhenti di depan rumahku. 

“Pasti itu Ngudi yang datang, dan pasti dia mau meminjam catatanku.”
“Amin, tadi belajar ekonomi materinya apa?” tanya Ngudi.
“Kewirausahaan, tadi mbolos lagi kemana? Mainan PS (Play Station) an mulu ya?”
“Tidak kok min, minjem bukunya boleh tidak?”
“Nih, balikin besok ya. Awas jangan sampai hilang.”
“Terimakasih min,”
“Dasar anak malas, mau jadi apa besok nih anak, kerjaannya minjem terus.” batinku.


Memang sudah menjadi rahasia umum jika si Ngudi ini setiap hari Rabu tidak masuk, alasannya kepentingan keluarga. Sebenarnya ini merupakan masalah yang tidak bisa dibiarkan. Aku sebagai ketua kelas harus mengambil tindakan. Aku ingin mencari tahu apa yang terjadi, mengapa Ngudi tidak pernah masuk pada hari Rabu. Dan Aku memutuskan untuk datang ke rumah Ngudi untuk menanyakan langsung kepada orang tuanya.

Besoknya, Aku dan seorang teman mendatangi langsung ke rumah Ngudi untuk menginterogasi orang tua Ngudi. Setelah melihat alamat di data sekolah disertai pertanyaan yang diedarkan kepada beberapa orang, sampailah kami di rumah Ngudi. Kamipun bertanya kepada orang tua Ngudi mengapa Ngudi tidak pernah hadir disekolah setiap hari Rabu. Jawabannya adalah Ngudi pada hari rabu selalu membantu Uwaknya untuk berdagang di toko milik uwaknya tersebut. Karena pada hari rabu adalah hari teramai diantara hari-hari lainnya. Mengapa Ngudi membantu uwaknya? Alasannya adalah karena yang membiayai sekolahnya selama ini adalah Uwaknya. Jadi sebagai pengabdian atau wujud rasa syukurnya maka Ngudi bekerja untuknya.


Ternyata pandangan Aku selama ini kepada Ngudi salah 180 derajat, karena Ngudi selama ini tidak masuk karena sedang bekerja kepada uwaknya tersebut. Ketika mendengar kenyataan seperti itu, kami langsung berpamitan kepada orang tua Ngudi, karena kami telah selesai menjalankan misi kami yaitu mencari informasi tentang ketidak hadiran Ngudi di hari rabu.


Setelah hari itu, besoknya Aku ke rumah Pak Kamil untuk berdiskusi mengenai kewirausahaan, belum mulai bicara tentang tema yang dimaksud tiba- tiba Pak Kamil langsung berucap…


“Berbuat lebih baik dari pada hanya memikirkan apalagi menghafal.”
“Lho kok bisa pak,?” tanyaku.
“Ilmu itu untuk diamalkan, ibarat air yang mengalir akan terelihara kesegaran dan kehigienisannya dibandingkan air yang disimpan dalam ember begitu lama.”
“Oooh” batinku.
“Terus min, Bapak ingin menjelaskan kepadamu mengenai rezeki.” sambung Pak Kamil.
“Rezeki itu ada tiga macam, Rezeki karena transaksional, Rezeki karena terpaksa dan Rezeki karena Syukur. 

Rezeki transaksional adalah ketika kita saling bertukar barang dengan tujuan memenuhi kebutuhan masing- masing pihak, missal kamu menjual motor kamu kepada teman kamu atas dasar kamunya butuh dan teman kamu juga butuh, maka nilai rezeki yang didapat akan sama dengan nilai motor kamu pada saat itu. 
Kemudian rezeki terpaksa yaitu ketika kamu lagi butuh uang maka kamu akan menjual kepada teman kamu yang tidak terlalu butuh, maka bisa saja harganya terlalu murah sehingga kamu mendapat sedikit keuntungan, tapi tidak apa-apa karena yang penting kebutuhan kamu terpenuhi. 

Yang ketiga adalah rezeki syukur, ini didapat jika seseorang merasa untung dengan adanya kamu, maka seseorang tersebut akan berterima kasih kepadamu dengan memberikan balas jasa tanpa perhitungan. Missal kamu berbisnis catering, kemudian kamu membuat baik disemua sisinya, mulai dari sisi kesehatan makanan, keramahan pelayanan, ketepatan sesuai pesanan dll, intinya kamu berikan agar konsumen terpuaskan. Setelah pelanggan merasa aman dan nyaman bekerja sama dengan kamu maka kamu akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar baik berupa loyalitas pelanggan maupun kesetiaan pelanggan.”


setelah pertemuan dengan Pak Kamil hari itu berangsur- angsur Aku mulai membiasakan berbuat lebih banyak untuk membantu sesama. Mulai dari membantu usaha dagang Nenek dengan memberikan pelayanan terbaik kepada semua pelanggan nenek.
Untung Ngudi bikin masalah, jadinya Aku bisa belajar mengenai arti kewirausahaan sebenarnya.




Walaupun kisah tadi telah sedikit di dramatisir, tapi memang tokoh Ngudi nyata dan dia benar- benar sahabat Saya yang dapat dibanggakan. Sedikit menambahkan, ternyata persepsi saya selama ini tentang kewirausahaan masih sempit sekali, 

setelah saya membaca buku tentang kewirausahaan menurut Prof Dr. H.A.R. Tilaar, kewirausahaan merupakan sebuah kegiatan, aktifitas yang bertujuan mengeksplor diri kita untuk lebih bermanfaat baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Kita menekuni bidang yang sedang kita geluti termasuk wirausaha, kita menulis, kita menolong orang lain, kita memberi nasehat kepada orang lain itu termasuk wirausaha dalam arti sederhana. Intinya kita adalah mengoptimalkan diri untuk lebih bermanfaat itu merupakan wirausaha.

ini kisah inspiratif saya, dan saya mau membaginya untuk kamu yang mau terinspirasi. Salam KOMBUN.

Sumber: pengalaman, dakubelajar.blogsot.com, youtube maiyahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...