Langsung ke konten utama

Ekonomi Ideal?

Pernahkah kamu menemukan mutiara di tumpukan jerami? Atau bertemu seseorang yang kamu sayangi setelah tidak berjumpa beberapa tahun?

Ini hanyalah untuk menggambarkan betapa bahagianya ketika kita bertemu atau menemukan suatu hal yang berharga, baik itu bersifat universal ataupun menurut kita sendiri. 

Saya telah menemukan sebuah mutiara di lembar fotokopian tugas yang diberikan oleh dosen saya, menemukan irama yang hilang diantara melodi ilmu.

Walaupun sedikit, namun sangat bermakna. 

Dan saya berharap akan menemukan mutiara lainnya dengan adanya mutiara pertama ini.

Mutiara ini adalah mengenai Ilmu Ekonomi, yaitu mengenai nilai kebersamaan, kekeluargaan atau kerjasama (cooperation). 

Walaupun Saya sering mendengar kata kerjasama yang diidentikan dengan lembaga koperasi di suatu negara, namun baru kali ini Saya bisa merasakan begitu besarnya manfaat dari kerjasama yang di identikan dengan koperasi tersebut setelah membaca kesuksesan koperasi-koperasi di Negara lain seperti Inggris, Perancis, dan Amerika.

Ironinya masyarakat Indonesia yang telah lama memiliki budaya gotong-royong lebih dulu, malah masih memegang kepercayaan kapitalisnya dalam berbagai macam usahanya di dalam era modern ini. Sebagian masyarakat kita masih terkungkung dengan pemahaman “laissez-faire” yang dikemukakan oleh Adam Smith. Hanya dengan persaingan, kemajuan dapat diwujudkan. Nilai kerjasama dianggap tidak mampu memberikan keuntungan dan kesejahteraan.

Apabila persaingan dianggap sebagai satu-satunya kekuatan mencapai kesejahteraan bersama, maka orang tidak boleh lupa tatkala dunia berhenti akibat dua kali kedahsyatan perang dunia, yang menggerakan kembali dunia yang berhenti adalah kerjasama sebagai kekuatan tandingan, wujudnya adalah lahirnya The League of Nations (setelah Perang Dunia I) dan The United Nations (setelah Perang Dunia II). Dalam konteks nasional nilai gotong-royong telah membuat Indonesia merdeka atas Negara-negara imperialis seperti Belanda, Inggris dan Jepang.

Oleh karenanya nilai gotong-royong ini harus segera dilestarikan dan diimplementasikan tidak secara parsial, namun dengan komprehensif sehingga terbentuk sinergi kekuatan ekonomi. Ekonomi rakyat, UKM, ekonomi sektor informal lebih membutuhkan kerjasama sinergis dari pada bersaing, wadahnya adalah koperasi. (diambil dari Buku “Kembali Ke Pasal 33 Uud 1945 Menolak Neoliberalisme” yang ditulis oleh Sri-Edi Swasono).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahiran kota Nisaphur /Naisabur, Iran.

1

Hai kamu.. Gimana kabarnya sehat kah? Sehat memang salah satu nikmat yang kadang manfaatnya baru kita rasakan jikalau kita sakit, jadi yuk jangan lupa bersyukur atas kesehatan kita sampai hari ini. Di indonesia masih musim hujan ya? Eh maksudnya yang bagian pulau jawa. Enak dong bisa menikmati gurihnya makan mendoan dengan ditemani harumnya aroma secangkir kopi hangat, pasti kerasa banget kan kenikmatan suasana hujan itu. Apalagi kalau ditambah dengan berkumpul bersama sahabat, keluarga atau orang tercinta pasti momen hujan akan membuat semuanya menjadi lebih hangat. Apakah kamu masih suka pergi ke sekolah untuk bertemu dengan anak-anak kecil yang selalu membuat mu melupakan setiap keletihanmu, walaupun kamu masih menjadi guru honorer dengan gaji yang pas-pasan, lalu masihkah kamu mendiskusikan para petani dan nelayan yang hidupnya tak kunjung sejahtera padahal lahan dan lautan masih luas, atau masih seeingkah kau mengobrol dengan kawanmu tentang permasalahan SARA yang tidak ada hab