Langsung ke konten utama

Nonton sejarah

Semalam ada nonton bareng di asrama kami, ya. 18 maret 1915 adalah hari dimana terjadinya perang çanakkale, çanakkale adalah suatu terusan di Turki. Ya kisahnya tentang mempertahankan negara Turki dari bombardir dari para penjajah melalui terusan çanakkale. Yang saya tonton adalah film singkat kurang lebih setengah jam.

Kami nonton bersama, ada orang-orang turki sendiri dan kami anak indonesia, afrika, dan cina. Filmnya cukup bagus, dengan beberapa segmen menggunakan animasi dan setting tempatnya yang begitu natural, kemudian penggambaran tokoh tokohnya yakni orang turkinya yang begitu bersemangat perang mempertahankan tanah airnya dengan didukung backsound musik yang kadang menyentuh kalbu kadang mengobarkan semangat, dengan semangat perang yang disertai keyakinan kepada Tuhan maka Turki berhasil mempertahankan tanah airnya.

Saya kemudian teringat bagaimana perjuangan para pahlawan İndonesia dulu. Tentunya yang saya maksud disini bukan hanya tokoh pahlawan yang termuat dalam mata uang kita, ataupun hanya tercantum dalam buku sejarah, melainkan seluruh rakyat indonesia yang berjuang harta benda bahkan jiwa raganya. Bagaimana susahnya berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Mungkin yang saya rasakan sama seperti remaja remaja turki di asrama saya, saya melihat sekilas, ada beberapa dari mereka yang menangis menghayati film tersebut.

Saya juga teringat dengan negara İndonesia saat ini yang masih begitu banyak permasalahan yang terjadi, dengan beberapa pejabatnya yang masih belum sadar betul dengan tugas yang diembannya. Atau mungkin kami sebagai para remaja masih begitu asyik dengan hiburan kami masing masing sehingga lupa terhadap berbagai ancaman yang sedang melambai-lambai di depan mata kita.

Permasalahan kita terlalu kompleks, tapi tentu masih ada harapan ketika para pemudanya mau memikirkan masa depan bangsanya sendiri, dan bergerak dan berubah menuju kebaikan kebaikan yang terus disusun setiap harinya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan bangsanya. Kata Bung Karno, Jas Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...