Malam itu, ketika ku buka jendela ruang belajar, seketika itu hawa sejuk menyeruak menerpa wajahku, kurasakan hawa di malam ini lain dari kemarin, dia tampak hangat, tak seperti biasanya yang terlalu dingin sampai menusuk tulang. Aku pun berpikir tentang perkataan orang-orang sini yang mengatakan jika kau datang maka hawa dingin berubah jadi hangat, aku pun berpikir tentang betapa ramahnya dirimu itu. Tapi setelah ku menunggu beberapa saat, kau tidak juga menampakan batang hidungmu. Ku putuskan untuk menunggu mu di esok hari.
Ankara bulan ini telah memasuki musim dingin, tapi kau baru sekali singgah di sini, hadirmu pun terasa buru-buru karena ketika aku pergi ke dapur guna menyiapkan çay untukmu, namun saat aku kembali, kau malah lenyap entah kemana, tanpa salam perpisahan dengan hanya meninggalkan lelehan kenangan ku pagi itu dimana khayalanku berubah menjadi kenyataan. Ya, dimana aku waktu itu pertama kali melihatmu, sebelumnya aku hanya mengenalimu dari cerita cerita orang atau foto di beberapa situs internet.
Pagi itupun aku kembali membuka jendela ruang belajarku yang berada di lantai empat, di Ankara aku tinggal di sebuah gedung yang cukup tinggi, lantai paling atas adalah lantai tujuh, tapi dengan lantai dasar adalah lantai sıfır bukan lantai satu. Hawa pagi itu masih sama seperti malam kemarin, tiba-tiba senyumku sedikit terkembang secara otomatis saat aku mulai melihat kehadiran dirimu yang selalu mencerminkan kelembutan dan keanggunan.
Pagi itu kau menyapa ku, bahkan kau mau berbicara padaku menceritakan kisah perjalananmu yang telah mengembara selama delapan bulan, tidak hanya itu, kau pun mau saat ku ajak bermain bersama di halaman depan dimana terhampar rumput hijau dengan beberapa deret pohon cemara yang masih tampak segar menyisakan warna hijaunya di saat pohon lain hanya meninggalkan kerangka batangnya yang menjulang tinggi saat musim gugur melanda.
Pagi itu matahari nampak sungkan untuk mengganggu kami berdua, pagi itu aku terlalu asyik bermain bersama mu sehingga tanpa ku sadari kepala ini terasa pening, aku merasa kedinginan saat aku menyentuhmu awalnya terasa dingin tapi lama kelamaan terasa panas bahkan sangat panas. Aku pun tak sadarkan diri, semuanya menjadi gelap.
Beberapa saat kemudian ketika ku sadarkan diri, kepalaku masih terasa pening dan tubuhku masih saja menggigil kedinginan, sepertinya aku terkena demam.
Lalu Aku melihat ke sekitar dan kau sudah tak nampak lagi, kau telah pergi lagi, kau hanya menyisakan bagian dari dirimu yang telah berubah menjadi butiran-butiran yang nampak membuat semuanya menjadi serba putih..
Çay : teh
Sıfır : nol
Komentar
Posting Komentar