Setelah menyaksikan video pengajian almarhum KH.
Zainuddin MZ pada youtube, saya
mengambil beberapa poin yang saya anggap penting selain topik inti yang beliau
sampaikan mengenai kepada siapa saja kita harus berakhlak. Yaitu kepada Allah
SWT sebagai pemilik hakiki atas apa yang kita punya selama ini. kemudian kepada
sesama manusia dan yang terakhir kepada makhluk lainnya selain manusia. Poin penting
yang saya anggap penting selain inti dari tema tersebut ialah melakukan
simulasi berdemokrasi yang baik di masjid.
Seperti yang kita tahu bahwa yang pertama kali Nabi
SAW bangun ketika di madinah adalah masjid. Bukan pasar, bukan sekolah. Hal ini
menunjukkan betapa vitalnya peran masjid untuk membangun peradaban. Di samping sebagai
tempat ibadah, masjid digunakan sebagai tempat mengatur starategi peperangan
pada saat itu. Tapi disini kembali dibahas bahwa yang menarik adalah kegiatan
ibadah yang dilakukan di masjid sangat membantu para umatnya untuk mempelajari
betul kehidupan bernegara yang baik, sebut saja “sholat berjamaah”. Memang ada
hikmah apakah didalam sholat berjamaah? Selain karena pahala 27 derajat lebih
tinggi dibandingkan sholat secara munfarid (sendiri), sholat berjamaah
memberikan pelajaran berdemokrasi dengan begitu bijak. Mari kita telaah lebih
jauh. Ketika kita masuk masjid kita diharuskan melepaskan alas kaki. Apakah dia
itu pejabat, bos , artis, kyai ataupun rakyat biasa. Semuanya sama. Hikmahnya
didalam bernegara adalah bahwa keadilan itu harus ditegakkan secara sama tanpa
pandang bulu. Entah itu si miskin ataukah si kaya. disini yang harus dilepaskan
adalah kepentingan pribadi para aparat penegak hukum khususnya, dan semua warga
masyarakat pada umumnya. Kadangkala kita sulit sekali untuk berlaku adil kepada
siapa yang memberi fasilitas kepada kita atau kepada seseorang yang kita anggap
dekat. Tetapi demi terciptanya kekhusu’an dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat seseorang harus rela meninggalkan egoismenya. Sama seperti
melepaskan alas kaki ketika akan memasuki masjid.
Selanjutnya ialah dalam memilih imam di dalam sholat. Untuk
menjadi seorang imam diantaranya harus yang paling ‘alim kemudian selanjutnya
dipilih yang paling fasikh. Jika dianalogikan dengan memilih pemimpin dalam
kehidupan nyata ‘alim ialah berarti memiliki wawasan yang luas, memiliki visi
dan misi yang jelas kemudian fasikh disini berarti mampu bersosialisasi dengan
baik kepada rakyatnya maupun kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pelaksanaan
perintah pemimpin harus diikuti oleh bawahannya, ini seperti gerakan sholat
imam yang harus diikuti oleh ma’mumnya. Kemudian jika pemimpin melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan visi awal maka rakyat mengingatkannya dengan bijak,
tidak dengan perbuatan serampangan yang tidak beradab, semua ada aturannya. Serupa
dengan sholat berjamaah ketika imam melakukan kesalahan maka ma’mum mengingatkan
dengan bacaan tasbih (subhanallah), tidak dengan batuk atau memukul imam.
Kira-kira itulah sekelumit catatan yang saya ingat,
sebenarnya masih banyak yang belum dipaparkan, tapi berhubung waktu dan
kesibukan penulis maka cukup sampai sini dulu diskusi kita, hehe. Tetap semangat
untuk belajar apapun.
Observasi yang bagus. Gue belum bisa nulis yang kaya gini.
BalasHapusHmm. btw, Sering-sering main ke blog orang "tanam benih" di sana.
Lumayan. siapa tau dapat kunjungan balik blognya. :p
ohh bgitu ya,, ok thanks atas sarannya.. masih harus banyak belajar lagi.. intinya buat nanem benih kita harus bikin komentar ya di blog orang
Hapus