Langsung ke konten utama

Terlambat

Dulu aku selalu bahagia bila menatapmu, selalu merasa tenang jika disampingmu. 
Kau pun juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Kau selalu memberikan perhatian kepadaku walau kadang aku merasa sulit untuk memahami perhatian itu. Menasehatiku, mengingatkanku, menegurku. Apakah itu bentuk sayangmu padaku, tapi kenapa aku tidak memahaminya. Kenapa aku terlambat menyadarinya.


Dulu Saat bercanda denganmu, mendengarkan ceritamu. Saat melihat senyummu. Entah kenapa hatiku merasa nyaman. Tapi kenapa aku tidak memahaminya. Kenapa aku terlambat menyadarinya.


Waktu berjalan begitu cepat, tanpa bisa ku hambat. Sekarang aku bingung padamu, kamu selalu menyebut namaku, selalu bilang merindukanku. Tapi kamu selalu diam ketika aku menemuimu. Bahkan tak berapa lama air matamu membasahi wajah indahmu, kamu menangis. 

Aku bertambah bingung ketika aku berkunjung ke rumahmu, kamu tidak menyapaku. Padahal kamu selalu menyebut namaku, selalu bilang merindukanku. Tapi kamu selalu hanyut melihat foto kita saat wisuda bersama. Yang ketika itu kamu mengatakan bahwa kamu senang menjadi temanku. Bahkan lebih dari teman, katamu. Entah kenapa saat itu aku tidak peka dengan perasaanmu itu. Aku selalu takut untuk mengakui perasaanku sendiri yang sebenarnya juga mencintaimu. Selain itu aku takut mencintai. Karena takut yang dicintai hilang. Takut yang dicintai meninggalkanku. 


Sekarang aku merindukanmu, merindukan candaanmu, teguranmu, senyummu. Lagi-lagi kamu menangis. Ingin ku usap air mata di pipimu, tapi tak bisa. Kau juga sudah tidak bisa mendengarkanku. Kau sudah tidak menghiraukanku lagi. Kau malah mengatakan semoga kita bertemu di surga nanti. Kita kan sudah bertemu. Tapi kenapa kau egois sekali. Huh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat untuk Mantan, BiIQis

Yth. Kepada Mantan BiIQis Di manapun berada.                 Hujan Bulan Juni Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu, Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.                      Sapardi Djoko Damono Sehubungan dengan datangnya surat ini, aku ingin memberikan kabar bahwa aku di sini sedang tidak terlalu baik tapi tidak juga buruk. Udara musim dingin belum begitu bersahabat denganku sehingga kadang membuatku merasa kurang nyaman. Ya, walaupun begitu, aku tidak bisa menafikan keindahan hujan saljunya yang memberikan hiburan tersendiri bagiku, karena menurutku hujan salju itu seperti hujan gula ...

Vaksin R081442

Tak ada kata terlambat untuk memulai :)  Malam ini, 8 Ramadhan 1442 atau 20 April 2021 pukul 00.00 aku memulai sesuatu yang lama aku lupakan;  yakni  menulis.  Terakhir kali aku menulis, saat aku masih di Turki,  ketika sedang berkutat dengan hafalan-hafalan kitab klasik nahwu dan sharaf dalam rangka menempuh pendidikan informal yang diselesaikan selama 2 tahun lebih 8 bulan. Saat itu aku menulis mengenai hal-hal yang menjadi keresahan dalam benakku yang aku beri judul "Sampah". Kenapa sampah?  Karena keresahan tersebut ku pikir tidak ada gunanya ketika ditulis. Tapi ku berharap di masa yang akan datang, aku bisa mengambil beberapa pelajaran ataupun bisa memutar kenangan yang mungkin bisa memberikan  trigger  untuk melakukan perbuatan positif yang produktif.  Malam ini aku membaca koran republika yg tanggalnya aku sendiri lupa 😅. Dalam koran tersebut ada beberapa tajuk yang menarik yakni mengenai tokoh Fariduddin Attar seorang penyair kelahi...