Setelah microteaching, besoknya ke pulau tidung. Kebayang bagaimana serunya naik kapal bareng, makan bareng, dan sekamar bareng anak-anak ekopers yang sebagiannya gile abiss, sebagiannya lagi masih menuju waras.
Uang udah ngumpul beberapa juta di Kakak Ia (Tria), tinggal hanya beberapa orang lagi yang belum bayar. Geng 92 yang terdiri dari Otoy, Mute, Amin dan Silvi (padahal silvi kelahiran 94) akhirnya bersedia untuk ikut juga setelah tadinya tidak ingin ikut. Mungkin Om Iqbal berhasil membujuknya.
Sebenernya aku ingin semuanya ikut, tapi bagaimana lagi, beberapa teman tidak bisa ikut dengan berbagai hal seperti Bendahara ekopers, Lala dan Elia, alibinya ada yang lagi ga megang uang (lah emang uang dipegang terus?) dan ada yang takut air, berarti salah satu dari diantara keduanya ada yang gak pernah mandi. hehe. kalo Cholilah nungguin ortunya, Ricky lagi gawe, Steples Novratilova (mengambil istilah dari sohib) Steffi maksudnya,lagi ada urusan, Tari seminar, Rita pkl, Ganjar gak tahu, dan Sinta udah nikah. Mungkin lain waktu, jika Tuhan mengizinkan kita bisa ngumpul bareng lagi.
Setelah ketemu Pak Taufik selaku agen pariwisata untuk memastikan jadwal selama di Pulau tidung, aku dan Choib langsung pergi menuju ke Wisma UNJ untuk membantu Om Iqbalelel ngoreksi hasil UAS Kajikur di sebuah ruangan di sebuah ruangan Wisma UNJ, ada Bu Endang dengan Bu Tuti di Wisma.
Beberapa menit kemudian kami selesaikan pengoreksian kami tanpa asupan makanan apapun, kecuali roti yang aku bawa dari ruang microteaching, itupun hanya satu. Jadilah satu untuk semua. Tapi tidak apa-apa yang penting lancar koreksinya, walaupun om iqbal kena sedikit nasehat (kasarnya; omelan/ semprot) dari Bu Endang. Setelah puas mendapat sebuah nasehat, kami hendak caw (pergi) menuju gedung N, tapi Bu Endang lagi-lagi memberi nasehat lagi kalau kursinya harus ditata kembali seperti sediakala. Akhirnya dengan percaya diri, kamipun menata kembali kursi tersebut menurut kepercayaan kami. Setelah menurut kami rapih, kami mau pergi tapi eh malah kena nasehat lagi, menurut beliau, ternyata kami malah membuat makin berantakan kursinya. Akhirnya tata lagi deh.
Singkat cerita, kami sudah di gedung N lantai 2, lalu kami briefing sebentar untuk teknis pemberangkatan ke Pulau Tidung, kita ngumpul at 5 a.m di dekat BNI UNJ besok. Semua sepakat.
Besoknya setelah sholat subuh, aku dan Jamal (anak Turki nih) berangkat ke UNJ dengan motor bebek, niatnya mau ngajak Jamal ke Pulau Tidung tapi berhubung dia belum mandi ga jadi aku ajak. Akhirnya kami sampai di UNJ. Sudah jam 5 lebih, masih ada saja yang belum datang ke UNJ. Sebelumnya aku terpikir mobil yang akan kami gunakan untuk pemberangkatan ke Muara Angke belum jelas, karena Pak Taufik belum bisa memastikan mobilnya. Tapi ternyata Om Iqbalelel dan Choib sudah menanganinya dengan mencari ke Terminal Rawamangun secara langsung. Eh ternyata ketemu juga dengan Pak Taufik yang sedang mencari mobil juga buat kita. Dan akhirnya merekapun mendapatkan mobilnya, Pa Taufik, Om Iqbal dan Choib segera menuju UNJ dengan Metromini tersebut.
Singkatnya, sampailah Bus Metromini ke UNJ, semua yang sudah hadir bergegas ke Metromini. Eh ternyata masih ada yang belum kelihatan, Mba Eha. Mau ditinggal ntar nangis, mau ditungguin lama. Serba salah jadinya, kaya makan buah sikurma-kurma. Tapi akhirnya Mba Eha datang juga. Tari yang bertujuan ingin beli ikan di Muara Angke ikut juga bersama kami dengan alasan ingin mengantar kami sampai Muara Angke (Opini).
Setelah Metromini melaju, kami semua berdoa untuk keselamatan kami selama perjalanan ke Tidung sampai pulang ke rumah masing-masing. Setelah doa, aku berpikiran ingin tidur sejenak untuk menghilangkan sedikit rasa kantukku setelah tadi malam nonton anime One Piece. Belum selesai berpikir ternyata teriakan-teriakan Juju vs Dk Sista menggema ke seluruh isi ruang Metromini. Gagal deh tidur di Metromini, pikirku. Kirain bakal tenang duduk disamping Desta, eh malah rame juga karena Finsa dan Uum yang duduk di depanku ngecengin desta mulu. Satu kata untuk Ekop. Ramee.
Setelah tiba di Muara Angke, kami semua termasuk Pa Taufik turun dan bergegas menuju pelabuhan kecuali supir Metromini dan Tari yang lupa ga jadi beli ikan (Opini).
Kamipun menunggu keberangkatan kapal dengan beragam aktivitas, foto-foto, makan, nge-gosip, berbeda dengan Sidik dan Desta yang memanfaatkan waktunya untuk ke toilet sebentar. aku dan Om Iqbal hendak memberikan roti dan sebotol aqua untuk Pa Taufik, tapi katanya nanti saja buat dikapal. Akhirnya roti dan sebotol aqua terpaksa aku yang membawa. Beberapa menit berlalu, kapal yang ingin kami naiki bersiap-siap untuk berangkat, sedangkan Sidik dan Desta belum kelihatan juga batang hidungnya. Kami kembali menunggu. Mau ditinggal kasihan, ditunggu lama, serba salah kaya makan buah sikurma-kurma. Akhirnya kami menunggu untuk yang kedua kalinya. Setelah ditelepon Finsa dkk, Sidik dan Desta nongol juga, semunya masuk kapal, sebagian masuk kapal bagian bawah dan sebagiannya lagi bagian atas, sebelumnya aku menitipkan roti dan aqua dalam plastik hitam kepada Indah, agar nanti diberikan Pa Taufik didalam kapal. Setelah itu akhirnya kami pun berangkat. Perlahan kami meninggalkan pelabuhan Muara Angke yang ramai.
Komentar
Posting Komentar